Maulana Ibrahim Dewla telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kerja Da’wa dan Tabligh. Maulana Ibrahim (dikenali jugak sebagai Maulana Ibrahim Devla / Ibrahim Sahab Devla) adalah anggota paling senior dari Jamaah Tabligh Syura Alami saat ini. Pada Desember 2023, usia Maulana Ibrahim Dewla adalah 89 Tahun.
Maulana Ibrahim Dewla lahir di kota induknya Devla, Jamboosar, distrik Bharuch, Gujarat pada 20 Dhul Hijjah 1353, bertepatan dengan 25 April 1933.
Klik di sini untuk mempelajari Sejarah Jamaah Tabligh
Biografi Maulana Ibrahim Dewla: Pendidikan Awal dan cintanya kepada Ilmu Agama
Maulana Ibrahim Dewla mendapat pendidikan awalnya di Darul Ulum Ashrafiyyah Rander. Dia sangat berdedikasi dan sering belajar sampai jam 12 tengah malam. Ayahnya adalah orang yang sangat religius dan tegas. Ayahnya tidak mengizinkannya keluar rumah dengan bebas, lantas beliau menghabiskan waktunya di rumah mempelajari buku-buku Agama. Bahkan, karena cintanya pada ilmu agama, beliau akan membagi waktunya antara revisi buku-buku silabus dan buku-buku di luar silabus.
Di Darul Uloom Ashrafiyyah Rander, beliau belajar bahasa Persia di bawah Maulana Sher Muhammad Khuraasaani, bahasa Arab di bawah Hadhrat Maulana Mufti Abdul Ghani Kawi, dan berbagai guru lainnya seperti Maulana Abdus Samad Kachwi, Maulana Abdul Haq Peshawari, Maulana Ashraf Randeri dan juga Syekh ul Hadits Hadhrat Maulana Muhammad Rida’ Ajmeri yang terkenal.
Guru-guru Maulana Ibrahim memiliki rasa cinta yang besar untuknya. Hadhrat Maulana Ajmeri sering menyebut-nyebutnya dan akan sangat senang ketika bertemu dengannya. Guru-gurunya sering berdoa khusus untuknya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum Ashrafiyyah, Maulana Ibrahim disertifikasi secara resmi sebagai seorang Aalim (Maulana) pada usia 21 tahun.
Pendidikan Lanjutan di Darul Ulum Deoband
Pada tahun 1954, di usia 21, meskipun sudah disertifikasi sebagai Alim (Maulana), Maulana Ibrahim Dewla, karena kecintaannya pada ilmu agama, melanjutkan studinya di Darul Ulum Deoband, yang dikenali sebagi ibu kepasa semua Madrasah di India.
Di Deoband, karena jauh dari kampung halamannya (Gujarat), beliau menjalani kehidupan yang sangat sederhana dan hanya hidup dengan 20 rupee sahaja setiap bulan.
Pengorbanannya itu telah memberinya kesempatan untuk berguru dari ulama yang paling terkemuka saat itu seperti Hadhrat Maulana Sayyed Husayn Ahmad Madani, Allamah Balyawi, Syekhul Adab Maulana Izaz Ali, dan Hadhrat Maulana Zuhur ul Hasan.
Maulana Ibrahim sangat berprestasi tinggi sebagai seorang santren. Bersama dengan sertifikat kelulusan reguler Darul Ulum Deoband, Maulana Ibrahim dianugerahi sertifikat khusus dari Hadhrat Maulana Sayyed Husayn Ahmad Madani sendiri kerana prestasinya.
Karir sebagai Guru di Darul Ulum Taleemul Islam Devla
Setelah lulus dari Darul Ulum Deoband, karena prestasinya, Maulana Ibrahim menerima banyak tawaran untuk mengajar di berbagai Darul Ulum yang bergengsi di India.
Namun Maulana Ibrahim, telah menolak banyak tawaran itu dan kembali ke kampung halamannya (Devla). Dari tahun 1956 hingga 1971, beliau menjadi guru di Madrasah Ta’leem ul Islaam Dewla.
Salah satu sebab mengapa Maulana Ibrahim tidak mengejar karirnya di Darul Ulum yang lebih bergengsi adalah kerna dedikasinya pada kerja Dakwah dan Tabligh yang beliau mulai sejak zaman remaja lagi.
Keterlibatan awal Maulana Ibrahim dalam Jamaah Tabligh
Maulana Ibrahim mulai terlibat dalam usaha Dakwah dan Tabligh sewaktu remajanya (pada 1950-an) saat belajar di Darul Ulum Ashrafiyyah Rander.
Dia tidak akan pernah meninggalkan Gasht setiap hari setelah Shalat dengan guru-gurunya. Meskipun dia seorang siswa, guru-gurunya sering menyuruhnya memberi Bayan.
40 hari pertamanya di Jalan Allah
Suatu hari Maulana Ibrahim mendengar satu Bayan dari seorang Jamaah Bombay dengan nama Abdur Rahman Malang. Setelah mendengar Bayan tersebut, Maulana Ibrahim langsung berdiri dan keluar selama 40 hari di Jalan Allah di Azamgarh India. Dari sana, ia berpartisipasi dalam Kalkuta Ijtema dan kemudian pergi ke Markaz Nizamuddin.
Di Nizamuddin, beliau telah bertemu dengan Hadhratji Maulana Muhammad Yusuf dan berpeluang sesi panjang dengannya. Pada ketika itu, Maulana Yusuf sedang menulis Hayatus Sahabah dan telah memberinya satu halaman tulisan tangan dari bukunya. Khurooj maulana Ibrahim yang seharusnya 40 hari akhirnya menjadi 52 hari.
4 bulan pertama dan dedikasinya terus-terusannya untuk Tabligh
Pada tahun 1966, pada usia 33 tahun, Maulana Ibrahim Dewla menghabiskan empat bulan pertamanya di Jalan Allah di Hyderabad.
Tepat setelah 4 bulan, pada tahun yang sama, Maulana Ibrahim keluar 7 bulan lagi di Jalan Allah di Iraq dan Syria. Dalam perjalanan ini, Maulana Ibrahim berkesempatan menunaikan ibadah haji pertamanya.
Tiga tahun kemudian, pada 1969, di usia 36 tahun, Maulana Ibrahim telah keluar panjang 19 bulan di Turki, Jordan, dan Iraq. Selama perjalanan ini, beliau diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji keduanya.
Pada tahun 1972, di usia 38 tahun, Maulana Ibrahim melakukan perjalanan Safar bersama Elders (termasuk juga Hadhratji Maulana Inaamul Hasan) ke Malaysia, Thailand, Singapura, dan banyak lagi tempat.
Dedikasi penuh waktu Maulana Ibrahim untuk Markaz Nizhamuddin
Pada 1972, di usia 38 tahun, Maulana Ibrahim bersama keluarganya telah berhijrah untuk tinggal di Markaz Nizamuddin. Di sana, Maulana Ibrahim telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kerja Dakwah Tabligh dan meletakkan dirinya di bawah Mushawara (Apa sahaja yang diputuskan oleh Mushawara, beliau pasti akan lakukannya).
Sejak itu beliau telah khuruj ke Iraq, Kuwait, Saudi, Emirates (Dubai, Abu Dhabi, Sharjah), Jordan, Turki, England, Amerika, Bangladesh, Pakistan, dll.
Sehingga hari ini (2023), Maulana Ibrahim masih melakukan khuruj dan sajfar ini meskipun usianya sudah mencecah 90 tahun.
Pengajar Madrasah Kashiful Ulum Markaz Nizamuddin
Selama di Markaz Nizhamuddin, selain kegiatan dakwahnya, Maulana Ibrahim juga dilantik sebagai guru di Madrasah Kashiful Ulum di Markaz Nizamuddin.
Beliau juga menjadi guru kepada Maulana Saad di masa muda Maulana Saad . Maulana Saad lahir pada tahun 1965. Perbedaan usia di antara mereka adalah 33 tahun.
Perlantikan Maulana Ibrahim Dewla ke Syura Aalami Dunia
Pada tanggal 15 November 2015, pada usia 82 tahun, Maulana Ibrahim Dewla telah dilantik menjadi Syura Dunia/ Syura Aalami ole Musyawarah yang dikendalikan oleh Hj Abdul Wahab di Raiwind Pakistan.
Syura Dunia yang awalnya didirikan oleh Maulana Inaamul Hassan (Amer ketiga Dakwah dan Tabligh), hanya tersisa 2 anggota sahaja (Hj Abdul Wahab dan Maulana Saad) dari semula 10 orang. Ketika itu, Maulana Ibrahim tidak dipilah ke dalam Syura sebelumnya karena dia senantiasa sibuk keluar di jalan Allah dan jarang sekali berada di Markaz Nizhamuddin.
Untuk Syura baru ini, Maulana Ibrahim telah dilantik bersama 10 anggota lain. Berdasarkan usia, Maulana Ibrahim adalah anggota Syura yang paling Senior setelah pemergian Maulana Yaqub dan Hj Abdul Wahab.
Kepergian Maulana Ibrahim dari Markaz Nizhamuddin
Setelah menghabiskan 44 tahun hidupnya di Markaz Nizamuddin, yakni lebih dari separuh hidupnya, Maulana Ibrahim Dewla meninggalkan Nizamuddin pada 12 Agustus 2016. Dia berusia 82 tahun saat itu.
Alasan kenapa Maulana Ibrahim meningggalkan Markaz Nizhamuddin dijelaskan dalam surat yang ditulisnya pada 16 Agustus 2016. Singkatnya, ia menjelaskan bahwa karena fitna (yang disebabkan oleh Maulana Saad), keberadaanya di sana telah ditafsirkan sebagai persetujuannya dan pemihakannya kepada fitnah itu.
Setelah membuat Istikhara berhari-hari dan tanda yang jelas ditunjukkan kepadanya, Maulana Ibrahim meninggalkan tempat yang mana beliau telah mendedikasikan seluruh hidup, misi, dan keringatnya.
Maulana Ibrahim Dewla Usia mendekati 90
Pada January 2023, usia Maulana Ibrahim Dewla adalah 89 tahun. Walaupun sudah tua, beliau masih terus berkeliling dunia memberikan ilmunya kepada para pekerja Da’wa seluruh dunia