Penjelasan Detail Chaudhry Amantullah apa yang terjadi di Nizhamuddin

Chaudhry Amanatullah adalah orang senior Nizamuddin dan juga syura Delhi, kota kedua terbesar di India dengan populasi 18 juta. Beliau tinggal di Nizamuddin dan merupakan anggota Syura Madrasah Kashiful Uloom Markaz Nizhamuddin. Beliau terlibat dalam operasi harian Markaz dan tahu persis apa yang terjadi di Nizamuddin. Beliau telah menulis penjelasan yang jelas tentang peristiwa di Nizamuddin dan kontroversi Maulana Saad.

Berikut adalah tulisannya yang telah kami terjemahkan di sini.

Kata pengantar

Markaz Tabligh yang terletak di ‘Masjid Bangle Wali’, Basti Nizamuddin, Delhi, telah menjadi pusat kebangkitan Islam. Sistem Dawat dan Tabligh yang tak tertandingi ini telah meninggalkan dampak yang sangat dalam pada setiap sekte Ummah di seluruh dunia. Gerakan ini telah menyalakan harapan di hati mereka yang memiliki keprihatinan umat bahwa kebangkitan Islam itu bisa berlaku.

Pengenalan

Siapa pun yang telah menghabiskan sedikit waktu di lingkungan kerja tanpa pamrih ini, takut akan Tuhan, mendahulukan orang lain, simpati dan kebaikan, dan upaya untuk mengangkat Firman Allah (Kalima), tidak akan berpikir dalam imajinasinya yang paling liar bahwa tempat ini (Markaz Nizamuddin) akan menyaksikan ada perkelahian hari-hari, ketidakpercayaan di antara para karkun, konspirasi penetasan, kekerasan dan tindakan intimidasi terbuka. Karena itu para karkun yang ikhlas dan orang-orang tua dari Usaha ini dipaksa mengucapkan ‘selamat tinggal’ kepada pusat (dakwah dan tabligh) ini.

Mereka yang memiliki pengetahuan tentang fungsi tempat ini akan menyadari bahwa Hazrat Maulana Inamul Hasan sebelum kematiannya, mengadopsi contoh Khulfa-e-Rashidin, dan membentuk
Syura Alami dan membantah saran untuk menjadikan putranya Maulana Zubair-ul Hasan , ‘Amir’. Syura ini terdiri dari sepuluh pekerja dari tiga negara (IPB).

Karena perkembangan luas usaha ini (Dawat dan Tabligh) yang sekarang mencakup pekerja dari hampir semua negara di dunia, strata masyarakat berbeda, temperamen berbeda, dan ‘aliran pemikiran’ berbeda, adalah perlu untuk tanggung jawab besar ini dikelola oleh sekelompok pekerja berpengalaman yang akan mengawasi dan membimbing kerja ini (Dawat dan Tabligh).

Meskipun Maulana Zubair-ul Hasan adalah seorang Hafiz Quran, Ulama yang diiktiraf, diizinkan untuk melakukan Bay’ah atas nama Maulana Zakariya, diizinkan untuk melakukan Bay’ah atas ayahnya Maulana Inamul Hasan, dan sangat berpengetahuan tentang kerja Dawat dan Tabligh, namun, Maulana Inamul Hasan tetap membentuk Syura daripada menjadikan putranya Amir.

Setelah kematian Inamul Hasan

Pada bulan Juni 1995, setelah wafatnya Hazrat Maulana Inamul Hasan, Syura Alami telah membentuk syura beranggotakan lima orang untuk Markaz Nizamuddin yang terdiri daripada Maulana Izaharul Hasan, Maulana Mohammad Umar Palanpuri, Miyan Ji Meharab, Maulana Zubairul Hasan, dan tuan muda (Maulana Saad). Semua anggota dewan ini menjadi Faisal (pengambil keputusan) secara bergiliran. Beberapa pekerja menunjukkan reaksi keras terhadap keputusan di atas, tetapi Mulana Zubairul Hasan tidak mengeluh atau menunjukkan kebencian karena tidak dijadikan ameer.

Maulana Saad diangkat menjadi Syura meskipun tidak pernah Khuruj

Hal ini perlu mendapat perhatian khusus bahwa tuan muda (Maulana Saad) (usia kurang lebih 30 tahun pada waktu itu) juga termasuk dalam lima anggota Syura ini meskipun ia tidak memiliki sertifikat formal pendidikan agama, tidak menjalin hubungan dengan Ahlullah (kepribadian saleh-religius) untuk Islaah-nya (reformasi), dia tidak pernah menghabiskan waktu keluar di jalan Allah. Beliau juga tidak menganggap ini perlu setelah dimasukkannya dia dalam syura. Adalah fakta yang mapan bahwa pemahaman yang sebenarnya dari kerja ini (Dawat dan Tabligh) tidak dapat diperoleh tanpa keluar di jalan Allah dengan kepatuhan yang ketat terhadap prinsip-prinsip yang ditetapkan.

Maulana Saad mulai mengajukan tuntutan

Setelah dimasukkan dalam Syura, Maulana Saad mulai menuntut agar ia juga diberi kesempatan untuk melakukan Dua dan Musafah (jabat tangan) di Ijtimak dan acara-acara lain. Tuntutan semacam ini adalah bertentangan dengan temperamen kerja Dakwah dan Tabligh ini karena kerendahan hati adalah kualitas penting bagi setiap orang yang dipercayakan dengan tanggung jawab untuk membaca Doa di Ijtimak besar. Tidak ada yang tahu kenapa permintaan ini telah diterima dan oleh itu Doa dan Musafaha telah dibagi rata antara tuan muda (Maulana Saad) dan Maulana Zubairul Hasan.

Maulana Saad mengambil alih Pengurusan Keewangan / Perbendaharan Markaz

Pada Agustus 1996, Maulana Izharul hasan telah wafat. Dia adalah ahli tertua dan paling dihormati di antara lima anggota Syura. Dia adalah imam masjid, Syekhul Hadis (Ketua Pengajaran Hadees) madrasah, dan manajer Markaz. Setelah kematiannya, tuan muda (Maulana Saad) diangkat menjadi manajer Markaz dan setelah mengambil sepenuhnnya kerja itu, ia juga mengambil alih perbendaharaan Markaz. Meskipun, sebelumnya bendahara markaz adalah orang yang selain manajer. Sampai sekarang tidak ada akun formal tentang pendapatan dan pengeluaran Markaz yang dipertahankan sejauh rinciannya bahkan tidak pernah diungkapkan ke komite eksekutif.

Maulana Saad mengklaim kamar dan tempat tinggal tambahan di Markaz

Setelah ini, Tuan Muda (Maulana Saad) telah memegang kunci kamar tua para sesepuh dengan dalih melihat kitab-kitab Maulana Yusuf. Ruangan ini dulunya tetap tertutup kecuali pada saat pagi Mushawarah. Di ruangan ini terdapat perpustakaan Maulana Yusuf. Kemudian secara bertahap, dia mulai menggunakan ruangan ini dan akhirnya mengambil kamar ini untuknya sendiri. Padahal, dia sudah memiliki kamar di gedung baru. Inilah ruangan yang diputuskan selama hidup Maulana Inamul Hasan bahwa itu akan dimasukkan ke dalam Masjid selama perluasan Masjid. Tetapi tuan muda (Maulana Saad) dengan bantuan beberapa orang Mewat dan anak-anak muda Basti Nizamuddin memprotes keputusan ini.

Maulana Zubair dan keluarganya harus mengosongkan rumah karena tekanan dari Maulana Saad

Maulana Zubair dan keluarganya tinggal di salah satu kediaman Markaz yang bersambungan dengan bilik kamar yang disebutlan diatas. Tuan muda Maulana Saad mengklaim bahwa bagian ini harus diberikan kepadanya meskipun dia dan keluarganya sudah tinggal di sebuah rumah di utara yang lain. Perselisihan ini diajukan di hadapan para masyaikh negara tetangga dan mereka merujuk masalah ini kepada para keluarga Maulana Zubair. Untuk mengelakkan konflik berlanjutan, Maulana Zubair beserta keluarga terpaksa mengosongkan tempat tinggalnya.

Lebih banyak ahli Syura mulai meninggal

Setelah 14 bulan, telah wafat Hazrat Maulana Inamul Hasan, pada Juni 1995, pada Agustus 1996, Maulana Izharul Hasan meninggal dunia, dan setelah 9 bulan kemudian pada Mei 1997, Maulana Umar Palanpuri meninggal dunia dan 15 bulan kemudian Miya Ji Mehraab sb pada Agustus 1998 meninggal dunia.

Semua 3 penatua ini memiliki status unik di dalam lingkaran mereka dan memikul tanggung jawab pekerjaan Dawat dan Tabligh sampai napas terakhir mereka (semoga Allah membalas mereka sesuai dengan kemuliaan-NYA, Ameen).

Maulana Saad membuat keributan setiap kali masalah penggantian Syura dibawa

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam rentang waktu singkat tiga tahun, dewan beranggotakan lima orang yang dibentuk untuk menjalankan Markaz dikurangi menjadi hanya 2 orang sahaja dan tidak ditambah lagi. Sebaliknya, ketika isu ini dikemukakan oleh Maulana Zubairul Hasan, tentang hal ini tuan muda (Maulana Saad) mengatakan bahwa orang-orang datang ke sini karena Anda dan saya, jadi mengapa perlu mementingkan orang lain? Atas jawaban ini Maulana Zubairul hasan terpaksa bungkam karena banyak kejadian yang tidak cantik. Maulana Zubairul Hasan tidak menginginkan adanya konfrontasi dan perselisihan denagn kerja Dakwah dan Tabligh.

Ketiada penambahan anggota Syura telah memberikan gambaran kepada para pekerja lama yang tinggal di Markaz bahwa kerja Dakwah dan tabligh ini adalah milik anggota keluarga Kandhla. Status orang lain hanyalah status pembantu dan mereka tidak boleh melewati batas mereka.

Maulana Saad terus menegaskan dominasinya

Seiring dengan ini, untuk memperkuat cengkeramannya pada urusan Markaz, tuan muda Mailana Saad telah menggunakan beberapa taktik yang sangat tidak pantas, misalnya:

  1. Ia mulai mengatakan bahwa pada tiga puluh tahun sebelumnya (yaitu di era Hazrat Maulana Inamul Hasan) Da’wa benar-benar terabai dan Markaz ini telah menjadi Khanqah belaka. Beberapa simpatisan mencoba membuatnya mengerti bahwa mengkritik orang tua yang telah meninggal adalah cara politisi. Cara orang-orang beragama adalah mengagumi usaha yang dilakukan oleh orang yang lebih tua dan memiliki rasa terima kasih terhadap mereka, tetapi dia tidak mengindahkan saran-saran ini.
  2. Telah menjadi rutinitas sehari-hari baginya memarahi orang-orang saleh dan para orang tua di Markas, di mana pelajaran Ikramul Muslimin diberikan.
  3. Mereka yang setuju dengannya diberi tanggung jawab, dimasukkan dalam Musyawarah, diberi tugas Bayan, dan dikirim ke jalan Allah (ke berbagai negara untuk menyebarkan bentuk tabligh barunya). Bertentangan dengan ini mereka yang tidak setuju dengan ide-ide barunya tidak hanya diabaikan tetapi dipermalukan. Tidak ada yang berani mengangkat jari tentang masalah ini.

Maulana Saad bertentangan dengan Mazhab Pemikiran Hanafi

Inovasi dimulai dari perubahan Shalat. Ada perubahan nyata dalam cara Shalat yang sebelumnya ditawarkan dan dipimpin oleh kakek buyutnya, kakek dari pihak ayah, ayahnya, dan kakek dari pihak ibu. Perubahannya adalah ia mulai melafalkan Doa Masnun sewaktu I’tidal (berdiri setelah Ruku) dan Jalsa (duduk di antara 2 sajdah ) yang menurut Mazhab Hanafi dimaksudkan untuk Nawaafil dan BUKAN untuk shalat wajib. Semua orang bingung dengan perubahan ini tetapi tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Ketika seseorang berani menanyakan alasan perubahan ini dia menjawab saya Muhammadi dan saya mengadopsi Sunnah.

Maulana Saad memperkenalkan lebih banyak perubahan

Antara Pola kerja Da’wa dan Tabligh yang terbesar diubah adalah dengan diperkenalkannya kegiatan baru bernama “Da’wa Taalim Istaqbaal”, Muqami Mehnat telah dibatasi untuk orang-orang yang menghabiskan waktu luang mereka di sekitar masjid dengan hanya membuat mereka duduk di Talim. Tindakan khusus ini dianggap berperan penting bagi Peng-aabadi-an Masjid. Kesan kegiatan baru ini tidak hanya menghambat amal individu sehari-hari para karkun, tetapi juga telah menghilangkan praktik bertemu orang-orang di rumah dan di tempat kerja mereka untuk membuat mereka memahami kelebihan dunia dan akhirat dari mengadopsi Agama dalam kehidupan mereka dan usaha untuk meyakinkan mereka menghabiskan waktu di jalan Allah.

Kerahasiaan Muntakhab Ahaadith

Kepentingan telah diberikan kepada buku Muntakhab Ahadith daripada Fadhail Amaal meskipun tidak ada Masyaikh Tabligh yang memasukkan buku baru kedalam tertib usaha ini. Selanjutnya, buku ini diceritakan sebagai teks yang dikumpulkan oleh Maulana Yusuf. Yang dikatakan ‘tulisan tangan’ Maulana Yusuf tidak terlihat oleh siapa pun hingga saat ini. Tidak ada dokumen dan Maulana Yusuf sendiri tidak pernah menyebut dokumen semacam itu kepada siapa pun. Nyata buku itu hanya digunakan sebagai alat untuk mendapatkan popularitas untuk menjadi terkenal di kalangan pekerja dakwah dan memproyeksikan dirinya sebagai penyusun buku ini. Meskipun, buku ini disiapkan oleh satu kelompok Ulama dari negara tetangga (Pakistan). Kompilasi ini dilakukan oleh tuan muda Maulana Saad dengan penuh kerahasiaan sehinggakan Masyaikh di negara tetangga (Pakistan) pun tidak menyadarinya. Inilah alasan mengapa para Masyaikh tidak bisa memasukkan buku ini dalam Taklim yang ditentukan. Bahkan, di negara kita juga, para Masyaikh yang menyadari fakta yang disebutkan di atas tidak ingin memasukkan buku ini ke dalam Taklim kolektif di daerah masing-masing.

Selain itu, adalah prinsip Dakwah & Tableegh bahwa setiap orang tidak kira muda atau tua saat berbicara harus membatasi pembicaraannya kepada Enam Sifat. Isu semasa, perbedaan mazhab, isu-isu syariah, perbandingan, kritik, dan kontradiksi tidak boleh dimasukkan dalam pembicaraan seseorang.

Maulana Saad mulai membuat tafsir Hadis sendiri

Para pendakwah yang belum memperoleh pendidikan agama formal tidak diizinkan untuk menjelaskan Quran dan Hadits dalam ceramah mereka, melainkan secara tidak langsung. Ulama-ulama juga harus hanya memberikan tafsir seperti yang dilakukan oleh Aslaaf (Ulama terdahulu). Namun, tuan muda Maulana Saad telah mengendahkan semua prinsip ini dan bahkan mulai mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan martabat beberapa para Nabi dan para Sahabat.

Mereka yang mendengar ceramahnya dan kurang pengetahuan Agama, mulai menyebarkan kesalahan ideologi tuan muda Maulana Saad di masjid-masjid mereka. Para Imam masjid dan orang lain yang memiliki pengetahuan agama bingung jika mereka menegur kesalahan ini, mereka akan dicap sebagai penentang usaha Dakwah dan harus menghadapi segala macam kritikan. Tetapi juga, jika mereka tidakm mereka akan bertanggungjawab di depan Allah SWT.

Maulana Saad memulai Bay’ah

Tindakan tuan muda Maulana Saad yang lagi berani adalah dalam konteks Bay’ah (mengambil sumpah setia). Setelah kematian Maulana Inamul Hasan, dewan Syura telah memutuskan bahwa Bay’ah tidak akan berlangsung di Masjid Bangle Wali. Dalam keputusan kolektif Syura ini, tuan muda Maulana Saad adalah pendukung utama resolusi ini karena pada saat itu hanya Maulana Zubairul Hasan yang punya ijazat untuk mengambil Bay’ah, karena Maulana Zubair telah diizinkan untuk mengambil Bay’ah dari Maulana Zakariya dan Maulana Inamul Hasan.

Pada saat itu tuan muda Maulana Saad biasa menyebut praktik Bay’ah ini tidak perlu dan agak berbahaya bagi para pekerja. Namun, setelah kematian Maulana Zubairul Hasan, tuan muda Maulana Saad memulai Bay’ah dalam safar-safarnya. Dia menyadari bahwa tindakan Bay’ah ini adalah satu-satunya cara untuk membuat orang terikat kepadanya. Dia memulai praktik Bay’ah di Markaz Nizamuddin dengan keberanian sedemikian rupa sehingga setiap hari setelah shalat Maghrib ada pertemuan di luar kamarnya untuk tujuan Bay’ah. Sepanjang hari beberapa agen coba meyakinkan orang-orang (untuk datang ke Markaz) untuk Bay’ah dan setelah maghrib sampai saat pertunjukan Bay’ah ini berlanjut, Amal lain dalam pertemuan berbagai bahasa tetap ditangguhkan.

Bay’ah Maulana Saad adalah pengkhiantan kepercayaan

Bay’ah yang diambil oleh Maulana Saad telah mengadopsi satu inovasi yang agak aneh. Ikrar kesetiaan ini memiliki kata-kata berikut (untuk dibacakan oleh orang-orang yang datang ke Bay’ah)- “Aku mengambil Bay’ah di tangan Maulana Ilyas (R.A.) melalui Saad”.

Menurut para ulama, adalah kesalahan serius (pelanggaran kepercayaan) jika ada orang yang mengambil Bay’ah atas nama orang lain yang dia tidak menerima izin resmi. Tuan muda Maulana Saad belum pernah melihat era Maulana Ilyas atau dia telah diberi izin oleh Khalifah (penggantinya) untuk mengambil Bay’ah.

Kontroversi Doa dan Musafaha di Ijtimak Bhopal 2014

Telah diceritakan di atas, Doa dan Musafaha telah dibagi-bagikan antara Maulana Zubair dan Maulana Saad atas permintaan tuan Muda Maulana Saad sendiri. Setelah sepeninggalan Maulana Zubair pada Maret 2014, telah diputuskan bahwa Maulana Zuhair (putra Maulana Zubair) harus melakukan Musafaha dan Doa menggantikan Maulana Zubair. Cadangan itu tidak diterima oleh Maulana Saad dan dengan demikian beliau telah membuat banyak karenah tentang keputusan ini.

Berkenaan hal ini, satu peritiwa telah terjadi pada Desember 2014 di akhir Ijtimak Bhopal. Ketika orang-orang yang dekat dengan Maulana Zuhair membuatnya duduk di atas panggung untuk Musafaha, Tuan muda Maulana Saad sangat marah sehingga dia meninggalkan panggung dan mengarahkan pentaksubnya juga meninggalkan majlis tersebut. Satu gelombang keributan telah muncul di seluruh wilayah Mewat. Lebih dari 12 pertemuan dilakukan di berbagai tempat, di mana ribuan orang Mewat berkumpul. Panatua daerah dan ulama di wilayah ini memberikan pidato berapi misalnya:

Amir kita adalah Maulana Saad dan setelah dia juga, Amir akan berasal dari keturunannya bahkan jika dia tidak mencapai usia dewasa. Kami orang-orang Mewat akan memikul tanggung jawab Markaz dan orang-orang dari daerah lain dan negara lain tidak akan diizinkan untuk melakukannya.

Maulana Saad menggempur para pengikutnya untuk menyerang Markaz

Telah diceritakan di Pertemuan diatas bahwa Maulana Saad telah berkata “Saya telah melalui banyak penderitaan dari Ramadhan hingga kini. Mereka mahu membunuh saya. Mereka yang menimbulkan penderitaan adalah orang-orang dari komunitas Anda sendiri (Mewat). Buatlah mereka mengerti dalam bahasa mereka sendiri”. Indikasi tuan muda Maulana Saad itu terhadap dua orang yang salah satunya adalah bekas Khadimyang masih tinggal di Markaz. Dia biasa makan di atas sufrah same tuan muda Maulana Saad dan setiap hari hadir di Mashwara. Orang kedua yang dimaksudkan adalah antara orang kanan Hazrat Ji Maulana Inamul Hasan dan kini Maulana Zubairul Hasan. Orang kedua inilah yang membuat Maulana Zuhairul Hasan duduk di atas panggung untuk Musafaha di Bhopal Ijtema. Kedua orang ini adalah Ulama yang berasal dari wilayah Mewat.

Dalam pertemuan-pertemuan yang disebutkan di atas, diputuskan bahwa kedua orang ini harus segera meninggalkan Markaz atau komunitas (Mewat) akan “menyeret mereka dari Markaz dan memotong badan mereka”.

Serangan pertama Maulana Saad terhadap Markaz gagal

Setelah pertemuan-pertemuan ini gerombolan ganas orang-orang mewat telah sampai di Markaz. Namun, karena bayan-bayan berapi-api itu telah sampai ke didengari umum, polisi Haryana (Haryana adalah Negara bagian di mana wilayah Mewat jatuh) berada dalam siaga tinggi dan telah menyampaikan keadaan tersebut kepada Polisi Delhi dan akibatnya, polisi Delhi mengerahkan pasukannya di sekitar Markaz. Saat melihat ini, mereka pulang tanpa melakukan apa-apa. Dengan rahmat Allah, Markaz telah diselamatkan dari tragedi besar hari itu.

Penanggungjawab Delhi berhadapan dengan Maulana Saad

Pada 18 Agustus 2015, berlaku satu peristiwa di akhir pertemuan Ijtimak Kudama Uttar Pradesh yang diadakan di lantai atas Markaz. Orang-orang telah ditahan daripada melakukan Musafaha dengan Maulana Zuhairul Hasan. Pentaksub tuan muda Maulana Saad membuat banyak gangguan dan berita tentang insiden malang ini menyebar ke seluruh Delhi.

Pada tanggal 23 Agustus 2015, beberapa orang penganggungjawab Delhi telah menyatakan keprihatinan di Mushawarah Markaz tentang masalah-masalah ini supaya satu solusi dapat dibentuk. Ketika salah satu dari mereka mula berbicara, beliau langsung dimarahi dan diberitahu “kamu datang sini tanpa izin dan sekarang kamu tidak perlu ikut campur. Tolong Diam”.

Hal ini menyebabkan diskusi panas. Tuan muda (Maulana Saad) berkata “Saya Amir, saya bersumpah demi Allah bahwa saya adalah Ameer seluruh Umat”. Sebagai jawaban atas hal ini, seseorang bertanya, siapa yang menjadikan kamu Amir? Mengenai hal ini tuan muda Maulana Saad tetap diam. Kemudian orang yang mengajukan pertanyaan mengatakan kami tidak menerima Anda sebagai Amir. Mendengar hal ini, tuan muda Maulana Saad langsung berbicara dengan keras “kalian semua pergi ke neraka!”. Para penanggungjawa Delhi langsung bangkit dan meninggalkan pertemuan itu. Ketika orang-orang ini tidak menemukan solusi apa pun, mereka pergi ke Pakistan pada di Ijtimak tahunan negara itu dan meminta para masyaikh negara itu untuk menangani keadaan buruk itu.

Syura Alami ditambah ahlinya

Pada bulan November 2015 sewaktu Ijtimak, Masyaikh-masyaikh dari berbagai negara setelah melihat situasi ini telah memutuskan bahwa Syura yang dibentuk oleh Maulana Inamul Hasan (Yang delapan dari sepuluh anggotanya telah meninggal) harus ditambah ahlinya. Lima dewan anggota Markaz Nizamuddin (yang empat dari lima anggotanya telah meninggal) juga ditambah ahlinya. Tuan muda Maulana Saad telah menolak kedua proposal tersebut.

Mengenai masalah Syura Markaz Nizamuddin, ia mengatakan bahwa sudah ada syura di Markaz Nizamuddin dan ketika ditanya tentang nama-nama Syura ia menjawab bahwa ia akan membuat syura setelah kembali dari Ijtema ini. Dalam pertemuan yang sama, beliau telah ditanya apakah beliau mengaku sebagai Amir seluruh Umat? Awalnya, beliau menolak, tetapi ketika diberitahu bahwa ada rekaman audio insiden yang mana dia mengaku sebagai Amir seluruh umat, dia menjawab bahwa ketika itu beliau sedang marah dan mereka seharusnya diam pada waktu itu. Perilaku tuan muda Maulana Saad ini yang membantah tuduhan tersebut dan kemudian menerima hal yang sama nampak buruk di kalangan orang-orang tua. Penolokannya kepada syura telah diabaikan dan Syua Aalami telah ditambah dengan sebelas orang. Syura yang beranggotakan lima orang lainnya untuk Markaz Nizamuddin juga telah ditambah. Dokumen perjanjian telah ditandatangani.

Maulana Saad mengapi-apikan para pengikutnya

Tuan muda Maulana Saad kembali ke Delhi dalam keadaan marah dan keesokan harinya dia memanggil para pendukungnya dari seluruh Delhi dan menerangkan kepada mereka:

Tidak ada Syura yang dibentuk di sana. Saya telah dimalukan. Beberapa orang penanggungjawab Delhi juga telah memihak kepada mereka yang memalukan saya. Anda semua harus memboikot orang-orang ini (penanggunghawab Delhi) dan pengikut mereka. Sebagai tunjuk protes kemarahan kita, kita tidak akan membenarkan mana mana orang dibawa ke Markaz selama beberapa hari ini.

Ini adalah ‘pemogokan’ pertama dalam sejarah Tabligh ini. Oleh karena itu, para pentaksub Maulana Saad telah pergi dari daerah ke daerah , masjid ke masjid, untuk memberitahu orang tentang pemogokan Markaz dan juga memprovokasi orang-orang terhadap beberapa penanggungjawab Delhi. Nama-nama mereka juga telah disebutkan. Pada hari Kamis di akhir November dan awal Desember Markaz hampir sepi kerana tidak didatangani orang.

Maulana Saad membentuk Syura sendiri

Sangat aneh bahwa pertama, pembentukan Syura ditolak dan sebulan kemudian pada minggu pertama bulan Desember sebuah surat dikirim kepada para penatua ini yang usulan Syura dibantah dan dalam surat ini, ia menambahkan empat nama (termasuk putranya yang masih kecil) ke lima nama yang sudah diusulkan oleh para Masyaikh untuk syura Markaz Nizamuddin; Membalas surat ini para menganggap bahwa penambahan ini tidak perlu dan tidak pantas, mereka menetapkan kembali bahwa lima anggota Syura yang sudah terbentuk akan melaksanakan tanggung jawab Markaz dan Faisal (pembuat keputusan) harus dibuat secara bergantian. Namun, keputusan para Masyaikh ini tidak diikuti meskipun kelima anggota Syura ini secara permanen tinggal di Markaz.

Kerja dakwah bertambah memburuk

Di Delhi, kerja Dakwah dan Tabligh semakin buruk. Para penganngungjawab kota lain telah dikritik dan para pendakwah yang ikhlas telah menjadi mangsa situasi yang membingungkan ini. Beberapa orang baru pentaksub tuan muda Maulana Saad telah dilantik sebagai ketua ketua di kota Delhi. Ijtimak bulanan yang telah bertahun-tahun dijalankan di beberapa masjid tertentu telah dihapuskan.

Untuk menyesatkan orang-orang awam, berita telah disebarkan bahwa alasan di balik perselisihan yang sedang berlangsung adalah karena Maulana Zuhairul Hasan mahu menjadi Amir, serta permainan kotor para pendukungnya. Tuduhan ini adalah salah dan serius karena klaim sebagai Amir tidak pernah dibuat oleh ayah beliau (Maulana Zubairul Hasan) sekalinpun, meskipun, beliau adalah orang yang pantas untuk menjadi Amir. Sebaliknya, beliau menghabiskan sembilan belas tahun terakhir hidupnya dengan rendah diri.

Maulana Saad membawa gangster ke Markaz

Di saat ini, situasi kerja dakwah telah buruk. Mayoritas pekerja Dakwah dan Tabligh tidak lagi takut dengan Allah dan terlibat dalam menyebarkan kebohongan dan pencacian belakang. Dengan bantuan beberapa kepala pentaksub Maulana Saad di beberapa daerah laain, beberapa anak-anak muda telah disiapkan agar mati untuk Amir mereka dan ini menjadi kesuksesan mereka. Anak-anak muda dari daerah seberang sungai Yamuna Delhi dan Mewat dipanggil selama dua bulan ke Markaz, sebagai tim “keamanan”. Mereka ditempatkan di lokasi yang berbeda di dalam Markaz. Menurut perkiraan, jumlah mereka sekitar seratus.

Kekerasan terjadi di Markaz Nizamuddin

Dengan bantuan tim “keamanan” ini, insiden kekerasan telah terjadi di Markaz. Pada Ramadhan lalu, puncak kegaganasan telah berlaki saat ketika setelah berbuka puasa. Pintu gerbang Markaz telah ditutup dan orang-orang yang dianggap sebagai penentang tuan muda Maulana Saad telah dipukuli. Sekitar 15 ke 20 orang telah sampai ke kamar Maulana Zuhairul Hasan dan mulai memukuli pintu kamarnya. Beberapa dari orang-orang ini telah sampai ke lantai pertama bangunan baru Markaz di mana kamar Maulana Yaqub dan Maulana Ibrahim berada. Mereka memecahkan kunci dua kamar dan mencuri barang-barang di sana. Salah satu ruangan tersebut digunakan oleh tamu Maulana Ahmad Laat. Di lingkungan yang menakutkan ini, Maulana Zuhairul Hasan tidak bisa pergi ke Masjid Quraish untuk melakukan Taraweeh. Keluarganya menghabiskan sepanjang malam dalam keadaan ketakutan; tidak ada Sahur di pagi berikutnya. Ketika Maulana Ahmad Laat keesokan harinya meninggalkan Markaz dan kembali ke kampung halamannya. Tuan muda Maulana Saad langsung tdak berbuat apa apa. Ia cuma mengajukan pengaduan kepada polisi terhadap penduduk setempat yang menentangnya.

Seluruh operasi ini sebenarnya dilakukan untuk mengusir dua orang dari Mewat (yang disebutkan sebelumnya) dari Markaz.

Kedua orang ini entah bagaimana berjaya melarikan diri dari Markaz,

Kita tidak tahu siapa dari musuh Allah yang menyarankan untuk mereka mengambil langkah ini. Dalam satu saat sahaja terhapus dari hati semua orang di dunia, rasa hormat mereka kepada Markaz.

Reaksi Para Masyaikh

(1) Menyaksikan situasi serius ini, kesabaran para Masyaikh telah mencapai puncaknya. Orang-orang ini sudah tidak senang dengan aktivitas tuan muda Maulana Saad. Mereka telah berusaha membuatnya mengerti berkali-kali. Para Masyaikh ini secara kolektif menulis surat dan berkali-kali pergi kepadanya untuk membuatnya sadar, tetapi dia membantah semua ini dengan keras.

(2) Tindakan kekerasan di bulan Ramadhan menghancurkan semua harapan yang dimiliki para Masyaikh. Itulah sebabnya para Masyaikh ini menulis surat alasan untuk tidak menghadiri Jor 3 bulanan di Nizamuddin yang diadakan pada Juli 2016. [Antara surat Masyaikh boleh dilihat di sini (Maulana Yaqub), dan di sini (Maulana Ibrahim)]

(3) Bahkan setelah kepergian rekan-rekannya, Maulana Ibrahim, dengan harapan memperbaiki situasi terus berada dan tidak meninggalkan Markaz. Tetapi dia juga akhirnya meninggalkannya.

(4) Dalam kerja Dakwah dan Tabligh di seluruh dunia, negara tetangga memiliki peranan yang sama. Bahkan, di tingkat global, mereka sudah kedepan. Patah hati dengan sikap tuan muda Maulana Saad dan situasi yang berlaku di Markaz Nizamuddin, para Masyaikh dari negara jiran memutuskan bahwa pada perjumpaan bersama haji mereka, mereka akan memisahkan diri dari kamp Markaz Nizamuddin.

(5) Maulana Yaqub yang telah bersama kerja Dakwah dan Tabligh selama 50-60 tahun, dan merupakan orang yang paling tua di antara para guru Madrasah Kashiful Uloom (Markaz Nizamuddin). Beliau juga guru kepada tuan muda (Maulana Saad) dan bahkan ayahnya juga (Maulana Harun). Beliau telah mengungkapkan pandangannya tentang situasi yang berlaku ini dalam suratnya tertanggal 28 Agustus 2016.

Sangat penting bagi setiap para da’i bertindak dengan bijaksana dan melakukan segala upaya untuk melindungi kerja ini dan terus-menerus membuat Duas khusus untuk masalah ini.

Amanatullah (Afi Anhu)
Anggota, panitia
kerja Madrasah Kashiful Uloom, Bangle Wali Masjid BastiHazratNizamuddinAuliya, New Delhi Mob: +91- 8826297141
Telepon rumah: 011-22029832
Email: inam_ur_rehman2003@yahoo.co.in Tanggal: 1 Oktober 2016
Terjemahan Tanggal: 1 Oktober 2017

Selanjutnya: Pelajari Sejarah Jamaah Tabligh selengkapnya!

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Facebook Facebook